Asal Mula Permusuhan Aremania vs Bonekmania
Seperti di ketahui, antara Malang-Surabaya ada dua kelompok
suporter (Aremania & Bonek) yang sangat eksis dan terkenal. Dan dari kedua kubu
juga seakan-akan tidak ada kata damai dan akan selalu bermusuhan (meski ada
sebagian kecil yang tidak setuju dengan hal ini). Akan tetapi masih banyak dari
kedua kubu juga tidak mengetahui kenapa sih koq mereka bermusuhan.
Dalam kesempatan kali ini, ayas mendapatkan satu
ulasan yang cukup menarik yang membahas tentang sumber perseteruan
kelompok supporter Aremania dan Bonek. Berikut disampaikan dalam akun FB samMas
Arif Yusuf di salah satu forum diskusi di FB.
” Menurut ayas (mohon maaf jika ada yg tak setuju/tak
sependapat/tersinggung)
awal mula perseteruan suporter sepakbola Malang-Surabaya (saya tdk menyebutnya AREMANIA-BONEK) karena “GENGSI DAERAH”, masing-masing menganggap kotanya lebih kuat dan lebih hebat. Alasan saya, baik berhubungan dengan sepakbola atau tidak adalah:
awal mula perseteruan suporter sepakbola Malang-Surabaya (saya tdk menyebutnya AREMANIA-BONEK) karena “GENGSI DAERAH”, masing-masing menganggap kotanya lebih kuat dan lebih hebat. Alasan saya, baik berhubungan dengan sepakbola atau tidak adalah:
Pada saat konser Kantata Takwa di Tambaksari pada 23 Januari
1990, tepat di depan panggung pada sekitar 30 menit pertama “dikuasai”
arek-arek Malang sambil meneriakkan “Arema…Arema…Arema”. Arek-arek Suroboyo
sebagai tuan rumah pun harus minggir dan “terkalahan”. Namun setelah itu,
arek-arek Suroboyo yang jauh lebih banyak mulai bersatu dan “memukul mundur”
arek-arek Malang hingga harus keluar dari Tambaksari. Di luar stadion, tawuran
terus dilakukan hingga arek Malang sampai di stasiun (Gubeng???)
Tawuran pada konser Sepultura (juga di Tambaksari) pada
bulan Juni 1992 kalo nggak salah. Kali ini arek-arek Suroboyo sudah siap dan
menguasai depan panggung mulai awal. Arek Malang langsung dihalau begitu masuk
Tambaksari. Tawuran di luar stadion juga seru (katanya, ayas tidak ikut saat
itu, heheheee….)
Suporter sepakbola Malang pada saat itu (akhir tahun 80-an
dan awal 90-an) berasal dari peleburan para “korak” atau geng-geng yang
sebelumnya sangat gemar tawuran antar-kampung hingga cukup banyak memakan
korban. Dengan dimediatori Bung Ovan Tobing, mereka akhirnya berdamai dan pada
akhirnya menyatu dalam benderai “AREMA” (tanpa “NIA), yang artinya “Arek
Malang”. Merekalah yang akhirnya sangat setia mendukung tim asal Malang (baik
Persema maupun Arema). Dengan latar belakang seperti itu, suporter Malang
(masih) sangat2 bangga jika dicap “perusuh” dan “pemberani”. Sebagai contoh,
supporter Malang pernah “mengusir” dan “membersihkan” supporter Gresik di
kandangnya sendiri, Stadion Tri Dharma Gresik pada saat Persema vs Persegres.
Nyanyian “Moleh Tawur…Moleh Tawur” selalu bergema di Gajayana jika tim Malang
kalah.
Kecemburuan suporter Malang pada pemberitaan media (kala
itu). Contoh, ketika Arema/Persema menang, pemberitaannya sangat2 kecil,
mungkin hanya satu kolom. Sementara pemberitaan Persebaya sangat besar dan
hampir selalu menjadi headline (meski hanya berlatih atau sekedar mengisi waktu
senggang). NB: Paling tidak yg diberitakan media terbesar Jawa Timur.
Dedengkot-dedengkot Persebaya dulu (yg saya ingat H.Barmen
& Mudayat) sangat2 meremehkan & merendahkan tim-tim Malang. Beliau katakan
tidak ada ceritanya Persebaya bisa dikalahkan tim2 asal Malang, menahan imbang
saja mereka (tim2 Malang) sangat kesulitan. Pernyataan itu ditulis di media yg
tadi saya sebutkan. Hal ini tentunya sangat menyakiti dan menyulut sensitivitas
suporter Malang yang selalu direndahkan (orang Surabaya) dan dianaktirikan
(media terbesar Jatim). Terlebih, ada isu bahwa suporter Surabaya (belum
bernama BONEK) akan “ngluruk” ke Malang. Merasa tertantang, AREMA sudah siap
mencegat bonek di Lawang. Namun sampai pertigaan Karanglo,
Singosari, AREMA yg hendak ke utara dihalau dan ditangkapi polisi/Kodim.
Akhirnya, sebagian suporter melampiaskan kemarahannya dengan memecahi kaca2
mobil plat L. Sementara di Gajayana sendiri, bentuk perlawanan terhadap
dedengkot Surabaya diwujudkan dalam dua spanduk bertuliskan “Kalahkan
Persebaya, Bungkam Mulut Besar Barmen dan Mudayat” dan “Barmen & Mudayat
Haram Masuk Kota Malang”.
(Judul) berita di media yg cukup mujarab mengadu domba.
Contoh (yg lagi2 saya ingat) ” Pemain Persebaya Dijadikan Sansak Hidup Pemain
Persema” dalam laga Persema vs Persebaya, yang memang sebelumnya diprediksi
akan panas menyusul pernyataan Barmen dan Mudayat. Dalam laga yg saya saksikan
sendiri itu, Persema pemanasan di gawang selatan dan Persebaya di gawang utara.
Setelah koin tost, ternyata posisinya berpindah (Persema ke utara, Persebaya ke
selatan). Pada perpindahan itulah beberapa pemain Persema sengaja menabrak
pemain Persebaya hingga ada yang terjatuh. Inilah yang ditulis koran tersebut
dengan ” Pemain Persebaya Dijadikan Sansak Hidup Pemain Persema”. Saya bisa
memahami kemarahan arek-arek Suroboyo akibat isi berita dari judul tersebut.
Pembalasan supporter Surabaya di Gresik dalam laga Persema
vs Persegres setelah laga panas Persema-Persebaya sebelumnya, plus provokasi
media. Ayas adalah saksi hidup dan selamat dari peristiwa itu. Ayas melihat
sendiri arek2 Suroboyo membawa ketapel, pentungan, batu, hingga pisau untuk
mensweeping arek Malang di stadion. Arek2 Suroboyo selalu mengatakan “goleki
arek Malang, goleki arek sing ngomonge walikan, pateni arek Malang, pendem arek
Malang”. Tulisan Persema di papan skor diambil dan dibakar. Sedikit koreksi
tulisan Cak Donde Nymphetamine, jika dikatakan Pemain Persema baik2 saja, ayas
kurang setuju. Sebab, ketika masuk lapangan saja Persema sudah diangkut mobil
panser/trantis. Setiap kali pemain Persema melakukan lemparan ke dalam, mereka
selalu dilempari dan dipukuli supporter Surabaya (bukan supporter Persegres).
Bench cadangan pun dilempari dan ditusuk2 kayu bendera. Berkali-kali
pertandingan dihentikan karena penonton Surabaya masuk dan menyerbu pemain
Persema. Puncaknya, pertandingan dihentikan dan pemain Persema kembali
dimasukkan di mobil panser di tengah lapangan.setelah itu ayas pulang dan tak
tahu hasil akhir (yang ternyata Persema kalah) Terus terang, pada saat itu ayas
sangat2 bersyukur karena keluar dari stadion dan pulang sampai Malang dalam
keadaan selamat. Ayas tidak tahu tentang adanya korban di bunderan Apollo
Gempol dan akhir tol Gresik karena setahu ayas, AREMA yg naik truk telah
dicegat dan dipulangkan aparat saat masuk pintu tol Gempol. selain itu, isu di
Malang justru mengatakan sebaliknya.
Menurut ayas, hal-hal itulah yang mengawali perseteruan
supporter Malang-Surabaya (sekali lagi, bukanBONEK-AREMANIA) Dan permusuhan itu terus berkembang sampai
sekarang.”
Melihat ulasan di atas, menurut ayas ada satu poin yang
sangat penting yang membuat suasana panas menjadi semakin panas, yaitu media.
Memang selama ini porsi pemberitaan tentang konflik antara Aremania vs Bonek(khususnya media wilayah Jatim seperti koran Jawa Pos,
Surya, media internet beritajatim.com dan lain2) hampir dapat dipastikan
apabila ada kejadian, maka pihak Aremania akan selalu mendapat pemberitaan yang
seakan2 Aremania adalah terdakwa atau pihak yang bersalah.
Padahal dalam kejadian sebenarnya seorang anak kecilpun tahu, bahwa banyak
kejadian yang sebenarnya di mulai oleh ulah Bonek. Maka dalam hati para nawak Aremania akan dapat dipastikan muncul rasa tidak
terima, sehingga rasa permusuhan itu akan tetap terpelihara.
Ayas sebagai orang yang telah memproklamirkan diri sebagai
Aremania sebenarnya sangat tidak menginginkan adanya permusuhan dengan pihak
manapun, akan tetapi jika permusuhan itu perlu, maka ayas juga tidak akan lari
dari kenyataan tersebut.Hehehehehehe asal tidak menjarah dan merampok ataupun
ublem stadion dengan tidak ngrayab!
Jika nawak kurang setuju dengan sedikit ulasan ini monggo2
aja. Bila punya data dan fakta lainnya, ayas bisa menerima masukan. Matur
tengkyu.